Kamis, 05 Oktober 2017



Tidak sedikit dari masyarakat, bahkan ada dari warga Muhammadiyah sendiri yang mempertanyakan mengapa Muhammadiyah tidak berpegang pada satu madzhab sebagaimana organisasi keislaman lainnya yang menyatakan, atau setidaknya berkecenderungan kepada suatu madzhab tertentu. Bahkan, ada yang lebih ekstrim mengatakan bahwa Muhammadiyah anti madzhab. Wallaahu waliyyuttaufiiq. Sebelum berasumsi dan memprediksi lebih-lebih memvonis pasca timbulnya pertanyaan tersebut, sebaiknya kita simak penjelasan tentang itu dari sumbernya langsung. Mari J

“Tidak mengikat diri kepada suatu madzhab, tetapi pendapat-pendapat madzhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa al-Quran dan as-Sunnah atau dasar dasar lain yang dipandang kuat”

Kutipan tersebut merupakan salah satu bagian dari pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih, yang mana dari sana dapat kita pahami bahwa Muhammadiyah memang tidak terikat pada salah satu madzhab. Namun, bukan berarti Muhammadiyah menolak/anti dengan madzhab, sebab di sana juga disebutkan bahwa pendapat madzhab dapat menjadi bahan pertimbangan. Muhammadiyah tentu menghormati para mujtahid muthlaq  termasuk Imam-imam madzhab, namun bagaimana pun juga pendapat-pendapat para imam tidaklah memiliki kebenaran secara mutlak sebagaimana kebenaran al-Quran dan as-Sunnah ash-Shahihah. Pendapat-pendapat para imam tersebut sangat erat kaitannya dengan keadaan semasa hidup mereka, dimana pasti akan terdapat hal-hal yang kurang relevan dengan apa yang kita temui di masa ini.
Muhammadiyah berusaha melakukan apa yang Rasulullah sabdakan, dari Anas bin Malik
“Aku telah meninggalkan kepadamu sekalian dua perkara, tidak akan tersesat kamu selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.” (Al Muwaththa’)
Serta apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal yang merupakan salah satu dari Imam Madzhab, yakni
“Janganlah engkau taqlid kepadaku, demikian juga kepada Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Auza’i, dan Imam ats-Tsauri. Namun, ambillah (ikutilah) dari mana mereka (para Imam itu) mengambil (yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah).

Singkatnya, tidak mengikuti madzhab-madzhab tertentu bukan berarti tidak menghormati pendapat para Imam fuqaha, namun hal ini justru langkah untuk menghormati mereka karena mengikuti metode dan jalan hidup mereka serta melaksanakan pesan-pesan mereka agar tidak bertaqlid. Jadi, sebenarnya hal penting yang perlu diikuti adalah menggali pendapat itu dari sumber pengambilan mereka yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Wallaahu a’lam.


Sumber bahan: Fatwa Tarjih

Billāhi fī sabīlil haq.

Fastabiqul khairat.




(hs.nst)

Tagged: ,

0 komentar:

Posting Komentar